Singkatnya, kuliah lintas jurusan atau disiplin ilmu itu
tidak semudah yang dibayangkan. Dengan hanya ada waktu 3 semester, bukan waktu
yang lama juga untuk saya bisa mengejar. Gladly, saya bisa bilang ilmu
komunikasi ini menyenangkan. Tidak mudah mempelajari secara detail, tapi karena
menyenangkan, memudahkan saya untuk memahaminya lebih dalam melalui analisa
aplikasinya. Yang lebih menggembirakan
lagi adalah ada ilmu psikologi yang dipakai pada salah satu mata kuliah S2 saya
ini. Yeay!
Adalah mata kuliah Consumer Behavior yang dipelajari kembali
di kuliah S2 saya. Mata kuliah ini sudah pernah saya dapatkan di kuliah S1 saya
dan untungnya saya membeli buku aslinya karena ternyata buku itu (yang cukup
mahal di jamannya) dipakai kembali di kuliah S2 saya. Level of Needs in Maslow
Hierachy menjadi teori yang banyak dipakai di mata kuliah ini dan dosen saya di
mata kuliah ini mengatakan ia senang ada mahasiswa S2 nya yang punya latar belakang
S1 dari Psikologi. Well, it’s a compliment for me, yet a challenge to prove I’ve
studied well in my undergraduate :D
Di setiap tugas mata kuliah Consumer Behavior ini, saya
berkesempatan untuk mengeksplor dan mengkombinasi teori psikologi dan
komunikasi sebagai dasar analisa saya. Lagi-lagi, tidak mudah untuk
menggabungkannya namun saya excited untuk mengerjakan setiap tugasnya. Dari
sinilah yang membuat saya bisa bilang bahwa kuliah komunikasi ini menyenangkan.
Tak hanya itu, saya rasa pun teman-teman dari psikologi perlu untuk tahu atau
sedikit belajar mengenai teori komunikasi yang sangat relevan dengan teori
psikologi.
Mendapat nilai akhir yang baik untuk mata kuliah ini
merupakan bonus tersendiri untuk saya. Saya pun takjub (heran lebih tepatnya)
bisa mendapatkan nilai yang memuaskan dari setiap tugas di mata kuliah ini.
Teori-teori psikologi yang saya pakai dimata kuliah ini antara lain untuk
membuat analisa mengenai gambaran kepribadian dalam kebiasaan membeli barang mewah dan juga faktor apa yang menjelaskan gaya konsumsi seseorang.
Penggunaan teori Freud (walaupun hanya sedikiit) untuk menjelaskan kepribadian seseorang dalam membeli barang mewah |
Faktor perkembangan dan motivasi yang menjelaskan gaya konsumsi seseorang |
Bukti nyata untuk saya pribadi bahwa belajar lintas disiplin
ilmu bukan membuat kita menjadi tidak fokus dengan apa yang mau kita pelajari,
namun justru membuka mata bahwa suatu disiplin ilmu sebaiknya dikolaborasikan
dengan disiplin ilmu lainnya. Belajar lintas disiplin ilmu yang awalnya (dan
masih kayaknya sampai sekarang) membuat saya merasa ‘kecil’ di dunia pendidikan
ini, kemudian terus membuat saya tergerak untuk bisa berkontribusi di
lingkungan sekitar saya dengan ilmu yang sudah saya dapatkan. Siapa bilang jurusan S1 tidak ada pengaruhnya
untuk jurusan S2 yang lintas disiplin? :)